Jum’at, 20 Pebruari 2009 saya
kebetulan memindahkan chanel tv ke metro tv dan kebetulan ada acara Kick Andy.
Ternyata salah satu bintang tamu yang terakhir tampil di acara itu adalah kawan
lama saya bernama Siswandi. Kebetulan tema yang dibahas waktu itu adalah rumah
singgah dan anak jalanan, dan Sis (begitu panggilan teman ini) memang sejak
lama kerjaannya adalah mengurus rumah singgah dan anak jalanan.
Mas Sis (begitu kami biasa memanggilnya) menceritakan bahwa salah satu anak
jalanan yang dia bina tewas tergencet truck saat sedang melakukan aktifitasnya
memulung. Dede, demikian nama anak ini tewas dengan tubuh
mengenaskan dan dimakamkan oleh Sis dan teman-temannya keesokan harinya. Pada
malam berikutnya ada salah seorang teman Dede menemui Sis, dan memberikan uang
lima belas ribu rupiah. Dia menerangkan bahwa uang itu adalah hasil tabungan
Dede selama ini yang bekerja mengais sampah untuk dijual (memulung). Dede punya
cita-cita untuk membelikan suatu barang buat ibundanya tercinta yang sampai
tulisan ini dibuat tak ketahuan di mana keberadaannya. Barang itu adalah
televisi.
Tentulah
uang segitu tak cukup untuk membeli televisi paling murah sekalipun. Tapi Dede
telah punya niat mulia mengangkat derajat kehidupan keluarganya dan ingin
membahagiakan hati sang bunda. Anak usia 12 thaun ini rela bekerja meninggalkan
bangku sekolah mengais sampah demi bakti pada sang bunda. Meski akhirnya dia
harus menebusnya dengan kecelakaan tragis yang mungkin bisa jadi resiko
pekerjaan yang dia lakukan.
Saya
berharap Allah yang maha belas kasihan akan menerima arwah Dede di sisi-Nya dan
memasukkannya ke surga lantaran baktinya pada orangtua dan kesungguhannya
mencari uang dengan cara yang halal.
Kasus Dede
mungkin hanya satu dari sekian banyak potret kemiskinan membuat anak-anak usia
sekolah menjadi kurang beruntung. Mereka terpaksa harus bekerja baik dengan
rela ataupun dipaksa orangtua untuk mencari nafkah. Setiap pagi di saat
anak-anak orang berada rapi berseragam berangkat ke sekolah, mereka malah
memakai pakaian kumuh nan bau untuk mengais setiap bak sampah di depan
rumah-rumah orang kaya.
Kemiskinan
memang masih marak di negeri ini. Meski setiap tahun BPS selalu melaporkan penurunan angka
kemiskinan. Entah apa ukuran miskin versi BPS, tapi kenyataan bahwa orang-orang
susah itu masih banyak tak bisa dibantah. Urbanisasi dianggap sebagai salah
satu faktor pemicu kemiskinan di perkotaan. Mereka yang datang ke kota tanpa
dibekali kemampuan memadai dan hanya terpesona dengan kehidupan metropolitan
yang serba wah, apalagi seperti yang digambarkan di berbagai sinetron. Padahal,
jangankan menerima pendatang baru, menurut laporan terkini di Jakarta akan
terjadi PHK terhadap sekitar 200 ribu orang. Jelas kota ini semakin tak ramah
kepada pendatang.
Sudah
saatnya dipikirkan pengentasan kemiskinan terpadu dengan konsep paling jitu
yaitu konsep ilahiyah. Islam menawarkan konsep zakat yang bila dilaksanakan
secara professional dan benar akan dapat mengatasi banyak problem ekonomi yang
melanda masyarakat. Sayang, konsep ini masih sebatas wacana kalangan terbatas,
bahkan para politisi dan calon wakil rakyat dari berbagai partai Islam pun
belum serius memasukkan zakat sebagai agenda utama mereka bila terpilih. Mungkin
karena konsep ini tidak menarik bagi para pemilih bahkan dikhawatirkan membuat
orang-orang takut, karena ada bau Islamnya.
Memang
masyarakat muslim masih harus disadarkan betapa indah ajaran agamanya sendiri
daripada konsep kapitalis dan sosialis ciptaan barat dan timur. Saatnya para
dai lebih banyak memberi pencerahan dan penyadaran supaya umat tidak merasa
syariat Islam itu sebagai momok menakutkan yang mengancam kehidupan.
Bekasi, Sabtu
21 Pebruari 2009
Anshari Taslim