Tangal satu
Desember biasanya diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Berbagai kegiatan
dilakukan untuk memperingati awal mula ditemukannya penyakit belum terobati
tersebut. Mulai dari penyebaran brosur di jalan-jalan ibukota, pawai dan
penyuluhan, sampai iklan di media massa.
Dalam
peringatan tersebut masyarakat dunia diajak menghindari diri dari tertular
virus mematikan yang satu ini, dan diharapkan tidak mengucilkan mereka yang
telah tertular. Namun ajakan ini bersifat setengah hati, karena hanya bersifat
reaksi atas sesuatu yang telah terjadi.
Semua orang
tahu bahwa penyakit ini terjadi umumnya lantaran kesalahan perilaku dari
penderita sendiri, meski ada beberapa kasus orang tak bersalah pun kemungkinan
tertular tanpa maksud. Penularannya sendiri kebanyakan melalui jarum suntik
pecandu narkotika atau hubungan seks haram para pezina.
Dalam kampanye
ini orang ramai menyerukan anti AIDS tapi satupun yang berteriak anti zina.
Bahkan, slogan jauhi narkoba terdengar nyaring pada saat bersamaan hanya ada
anjuran hindari hubungan seks berisiko. Maksud hubungan seks berisiko adalah
yang kemungkinan tertular HIV, sementara yang bisa terhindar meski zina tak
perlu dihindari. Slogan yang biasa kita dengar adalah ”KENAKAN KONDOM SEBELUM
KENA”, seolah mereka ingin mengatakan, ”silahkan terus berzina asalkan
menggunakan kondom, takutlah kepada virus HIV dan kalian tak perlu takut dengan
azab Allah”.
Ada kabar
mengejutkan bahwa Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia ternyata
jumlah penderita HIV-AIDSnya mencapai 270 ribu orang sampai tahun 2008 (http://www.kilasberita.com/kb-news/77-kilas-indonesia/8008-jarum-suntik-peringkat-pertama-penyebar-utama-virus-hiv
). Terjadi peningkatan sampai 400 % pada jumlah penderita dalam lima tahun.
Tak kalah
mengejutkan pula menurut laporan terbaru ada 1700 pelajar di kota Bandung
telah terjangkit virus ini. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional bulan
lalu melansir sekitar 8.500 anak terjangkit virus ini dari 23 ribu penderita di
Indonesia. Penderita terbanyak di Jawa Barat, disusul DKI Jakarta, Jawa Timur,
dan Papua. (Koran Tempo 18/06/2009).
Sebagaimana diketahui, virus ini menyebar lantaran penggunaan
jarum suntik pecandu narkoba dan hubungan seks. Dalam laporan MABES POLRI tahun
2004 saja terjadi 3869 kasus narkotika, 3884 kasus psikotropika dan 648 kasus
bahan adiktif. Sedangkan jumlah tersangkanya sebanyak 11.315 orang. (WARTA BNN
no. 3 tahun III 2005).
Ini yang terungkap, bagaimana dengan yang tidak? Bisa
jadi lebih banyak dari jumlah tersebut. Sebab, sesuai pengakuan para penderita
HIV yang diwawancarai media massa, mereka tertular akibat penggunaan jarum
suntik dan tak ada ungkapan bahwa mereka pernah dihukum karena kasus narkoba.
Artinya, penggunaan narkoba di Indonesia masih tinggi, meski beberapa pabriknya
sudah digrebeg polisi.
Belum lagi perzinaan yang masih merajalela di bumi
pertiwi. Meski risiko penularan HIV-AIDS lewat hubungan seks tak sebesar jarum
suntik, tapi ia tetap diyakini sebagai jalan mulus tersebarnya virus mematikan
tersebut.
Indonesia dikenal memiliki reputasi buruk soal perzinaan.
Masih ada saja tempat-tempat prostitusi yang mendapat izin pemerintah. Yang tak
resmi pun bak jamur di musim hujan. Pelacuran merebak dari berbagai tingkatan
usia, dari yang ibu muda, janda kembang, mahasiswi bahkan anak sekolah.
Majalah Ombudsmen menyebutkan ada sekitar 75.000 pekerja
seks yang terdaftar di Indonesia, namun sebagian mereka diyakini tidak
terlacak. Majalah tersebut juga memperkirakan angak realistis jumlah PSK (baca:
pelacur) di Indonesia berkisar antara 140.000 hingga 230.000 orang. Ini pun
dengan asumsi bahwa yang terdata hanyalah mereka dari kalangan menengah ke
bawah, belum termasuk kelas atas yang biasa “main” di hotel-hotel berbintang
dan dikonsumsi oleh para pajabat dan konglomerat. (Ombudsmen no. 61 tahun V,
Desember 2004).
Yang pasti jenis maksiat satu ini makin meningkat dari
hari ke hari. Pelan tapi pasti orang makin tak tabu dengan dunia hitam
prostitusi. Sudah banyak kalangan yang tak malu mengaku kalau dirinya adalah
PSK, atau mengaku kalau dia suka ”jajan” dengan wanita yang bukan istrinya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri sudah
mengingatkan bahaya bila perzinaan sudah merajalela di suatu kaum. Beliau
bersabda, ”Tidaklah merajalela praktik perzinaan pada suatu kaum, sampai
mereka berani berterus terang melakukannya, melainkan akan terjangkit pada
mereka penyakit tha’un dan berbagai penyakit yang belum pernah menimpa
umat-umat sebelumnya.”
(HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim, dishahihkan oleh Al-Albani
dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, no. 106).
Terbukti dengan merajalelanya zina timbul berbagai
penyakit yang belum pernah ada sebelumnya, mulai dari syphilis (raja singa).
Gonorhea dan sekarang yang lagi ngetrend adalah AIDS.
Kini, umat Islam khususnya di Indonesia harus berjuang
keras menegakkan amar makruf dan nahyu mungkar. Narkoba dan prostitusi adalah
kemungkaran dalam agama yang juga tak dibenarkan dalam tatanan moral manapun.
Bila keduanya merajalela bukan mustahil bencana akan menimpa tidak hanya pada
diri mereka yang berbuat, tapi juga atas diri masyarakat yang hanya diam
menyaksikan.
Perhatikan peringatan Rasulullah SAW dalam sabdanya
berikut, ”Sesungguhnya jika orang-orang hanya melihat suatu kemungkaran dan
tak mengubahnya, dikhawatirkan Allah akan menimpakan azab secara merata.” (HR.
Abu Daud).
Dengan demikian, peringatan hari AIDS sedunia seyogyanya
mengajak ummat Islam memerangi narkoba dan prostitusi di lingkungan mereka. Sekaligus
menjadi cambuk bagi pihak berwenang untuk mengekkan hukum Allah memberantas dua
penyakit masyarakat ini, bukan malah mensupport kampanye pemakaian kondom bagi
mereka yang ingin berzina.
Bogor, 23 Juni 2009
Anshari Taslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar