Minggu, 01 Desember 2013

Hari AIDS Sedunia dan Moral Kita

Tangal satu Desember biasanya diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Berbagai kegiatan dilakukan untuk memperingati awal mula ditemukannya penyakit belum terobati tersebut. Mulai dari penyebaran brosur di jalan-jalan ibukota, pawai dan penyuluhan, sampai iklan di media massa.


Dalam peringatan tersebut masyarakat dunia diajak menghindari diri dari tertular virus mematikan yang satu ini, dan diharapkan tidak mengucilkan mereka yang telah tertular. Namun ajakan ini bersifat setengah hati, karena hanya bersifat reaksi atas sesuatu yang telah terjadi.

Semua orang tahu bahwa penyakit ini terjadi umumnya lantaran kesalahan perilaku dari penderita sendiri, meski ada beberapa kasus orang tak bersalah pun kemungkinan tertular tanpa maksud. Penularannya sendiri kebanyakan melalui jarum suntik pecandu narkotika atau hubungan seks haram para pezina.

Dalam kampanye ini orang ramai menyerukan anti AIDS tapi satupun yang berteriak anti zina. Bahkan, slogan jauhi narkoba terdengar nyaring pada saat bersamaan hanya ada anjuran hindari hubungan seks berisiko. Maksud hubungan seks berisiko adalah yang kemungkinan tertular HIV, sementara yang bisa terhindar meski zina tak perlu dihindari. Slogan yang biasa kita dengar adalah ”KENAKAN KONDOM SEBELUM KENA”, seolah mereka ingin mengatakan, ”silahkan terus berzina asalkan menggunakan kondom, takutlah kepada virus HIV dan kalian tak perlu takut dengan azab Allah”.

Ada kabar mengejutkan bahwa Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia ternyata jumlah penderita HIV-AIDSnya mencapai 270 ribu orang sampai tahun 2008 (http://www.kilasberita.com/kb-news/77-kilas-indonesia/8008-jarum-suntik-peringkat-pertama-penyebar-utama-virus-hiv ). Terjadi peningkatan sampai 400 % pada jumlah penderita dalam lima tahun.

Tak kalah mengejutkan pula menurut laporan terbaru ada 1700 pelajar di kota Bandung telah terjangkit virus ini. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional bulan lalu melansir sekitar 8.500 anak terjangkit virus ini dari 23 ribu penderita di Indonesia. Penderita terbanyak di Jawa Barat, disusul DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Papua. (Koran Tempo 18/06/2009).

Sebagaimana diketahui, virus ini menyebar lantaran penggunaan jarum suntik pecandu narkoba dan hubungan seks. Dalam laporan MABES POLRI tahun 2004 saja terjadi 3869 kasus narkotika, 3884 kasus psikotropika dan 648 kasus bahan adiktif. Sedangkan jumlah tersangkanya sebanyak 11.315 orang. (WARTA BNN no. 3 tahun III 2005).

Ini yang terungkap, bagaimana dengan yang tidak? Bisa jadi lebih banyak dari jumlah tersebut. Sebab, sesuai pengakuan para penderita HIV yang diwawancarai media massa, mereka tertular akibat penggunaan jarum suntik dan tak ada ungkapan bahwa mereka pernah dihukum karena kasus narkoba. Artinya, penggunaan narkoba di Indonesia masih tinggi, meski beberapa pabriknya sudah digrebeg polisi.

Belum lagi perzinaan yang masih merajalela di bumi pertiwi. Meski risiko penularan HIV-AIDS lewat hubungan seks tak sebesar jarum suntik, tapi ia tetap diyakini sebagai jalan mulus tersebarnya virus mematikan tersebut.

Indonesia dikenal memiliki reputasi buruk soal perzinaan. Masih ada saja tempat-tempat prostitusi yang mendapat izin pemerintah. Yang tak resmi pun bak jamur di musim hujan. Pelacuran merebak dari berbagai tingkatan usia, dari yang ibu muda, janda kembang, mahasiswi bahkan anak sekolah.

Majalah Ombudsmen menyebutkan ada sekitar 75.000 pekerja seks yang terdaftar di Indonesia, namun sebagian mereka diyakini tidak terlacak. Majalah tersebut juga memperkirakan angak realistis jumlah PSK (baca: pelacur) di Indonesia berkisar antara 140.000 hingga 230.000 orang. Ini pun dengan asumsi bahwa yang terdata hanyalah mereka dari kalangan menengah ke bawah, belum termasuk kelas atas yang biasa “main” di hotel-hotel berbintang dan dikonsumsi oleh para pajabat dan konglomerat. (Ombudsmen no. 61 tahun V, Desember 2004).

Yang pasti jenis maksiat satu ini makin meningkat dari hari ke hari. Pelan tapi pasti orang makin tak tabu dengan dunia hitam prostitusi. Sudah banyak kalangan yang tak malu mengaku kalau dirinya adalah PSK, atau mengaku kalau dia suka ”jajan” dengan wanita yang bukan istrinya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri sudah mengingatkan bahaya bila perzinaan sudah merajalela di suatu kaum. Beliau bersabda, ”Tidaklah merajalela praktik perzinaan pada suatu kaum, sampai mereka berani berterus terang melakukannya, melainkan akan terjangkit pada mereka penyakit tha’un dan berbagai penyakit yang belum pernah menimpa umat-umat sebelumnya.”
(HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim, dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, no. 106).

Terbukti dengan merajalelanya zina timbul berbagai penyakit yang belum pernah ada sebelumnya, mulai dari syphilis (raja singa). Gonorhea dan sekarang yang lagi ngetrend adalah AIDS.

Kini, umat Islam khususnya di Indonesia harus berjuang keras menegakkan amar makruf dan nahyu mungkar. Narkoba dan prostitusi adalah kemungkaran dalam agama yang juga tak dibenarkan dalam tatanan moral manapun. Bila keduanya merajalela bukan mustahil bencana akan menimpa tidak hanya pada diri mereka yang berbuat, tapi juga atas diri masyarakat yang hanya diam menyaksikan.

Perhatikan peringatan Rasulullah SAW dalam sabdanya berikut, ”Sesungguhnya jika orang-orang hanya melihat suatu kemungkaran dan tak mengubahnya, dikhawatirkan Allah akan menimpakan azab secara merata.” (HR. Abu Daud).

Dengan demikian, peringatan hari AIDS sedunia seyogyanya mengajak ummat Islam memerangi narkoba dan prostitusi di lingkungan mereka. Sekaligus menjadi cambuk bagi pihak berwenang untuk mengekkan hukum Allah memberantas dua penyakit masyarakat ini, bukan malah mensupport kampanye pemakaian kondom bagi mereka yang ingin berzina.


Bogor, 23 Juni 2009
Anshari Taslim.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar