Takbir muqayyad artinya takbiran setelah shalat lima waktu oleh imam dan jamaah. Untuk Idul Adh-ha bisa dimulai sejak shalat Subuh hari Arafah atau tanggal 9 Dzul Hijjah besok.
Ini adalah pendapat madzhab Hanbali, Abu Yusuf dan
Muhammad bin Hasan di kalangan Hanafiyyah, juga didukung oleh An-Nawawi di
kalangan Syafi’iyyah sebagaimana dijelaskannya dalam kitab al-Majmu’ jilid 5
hal. 39:
قد
ذكرنا أنَّ المشهور في مذهبنا أنَّه مِن ظُهر يوم النحر إلى الصبح من آخِر
التشريق، وأنَّ المختار كونُه من صُبح يومِ عرفةَ إلى عصرِ آخِرِ التشريق
“Telah kami sebutkan bahwa yang masyhur dalam madzhab
kami (Syafi’i) takbir muqayyad ini dimulai pada Zuhur hari Nahr (tanggal 10)
sampai Subuh hari akhir tasyriq (tanggal 13). Tapi pendapat yang terpilih (oleh
An-Nawawi -pen) adalah dimulai dari Subuh hari Arafah sampai Asar akhir hari
tasyriq.”
Juga merupakan pilihan Ibnu Al-Mundzir dalam kitab
Al-Awsath, karena setelah menyebutkan adanya sepuluh pendapat ttg ini di jilid
4 hal. 348 beliau berkata, “Pendapat pertama (yaitu pendapat bahwa takbir
sehabis shalat dimulai sejak shalat Subuh hari Arafah sampai Asar tanggal 13)
lebih aku sukai.”
Pendapat ini didasari oleh beberapa atsar yang shahih
dari sahabat Nabi, antara lain, Umar bin Khaththab, Ali bin Abi Thalib,
Abdullah bin Abbas.
1. Riwayat
Umar bin Khaththab RA
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan
حَدَّثنا أَبُو
أُسَامَةَ، عَنْ أَبِي عَوَانَةَ، عَنْ حَجَّاجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ عُبَيْدِ
بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ عُمَرَ: أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ مِنْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ
يَوْمَ عَرَفَةَ إِلَى صَلاَةِ الظُّهْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ
“Abu Usamah menceritakan kepada kami, dari Abu
‘Awanah, dari Hajjaj, dari ‘Atha`, dari Ubaid bin Umair, dari Umar bahwa dia
bertakbir setelah shalat Subuh pada hari Arafah, sampai shalat Zuhur di akhir
hari tasyriq.”
Di Riwayat ini di sebutkan sampai shalat Zuhur, tapi
di Riwayat Ibnu Al-Mundzir dalam Al Awsath disebutkan shalat Asar dengan
kalimat
ثُمَّ يُمْسِكُ صَلَاةَ
الْعَصْرِ
“Kemudian beliau menghentikannya di shalat Asar.”
2.Riwayat Ali bin Abi Thalib.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dalam Mushannafnya
حَدَّثنا وَكِيعٌ، عَنْ أَبِي جُنَابٍ،
عَنْ عُمَيْرِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ عَلِيٍّ: أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ مِنْ صَلاَةِ
الْفَجْرِ يَوْمَ عَرَفَةَ إِلَى صَلاَةِ الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ
التَّشْرِيقِ.
“Waki’ menceritakan kepada kami, dari Abu Janab, dari
Umair bin Sa’id, dari Ali bahwa dia bertakbir sejak shalat Subuh hari Arafah
sampai shalat Asar di akhir hari Tasyriq.”
(Al-Mushannaf jilid 4 hal. 195, no. 5678).
3.Ibnu Abbas RA.
Ibnu abi Syaibah juga meriwayatkan
حَدَّثنا يَحْيَى بْنُ
سَعِيدٍ الْقَطَّانُ، عَنْ أَبِي بَكَّارٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابنِ عَبَّاسٍ:
أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ مِنْ صَلاَةِ الْفَجْرِ يَوْمَ عَرَفَةَ إِلَى آخِرِ
أَيَّامِ التَّشْرِيقِ
“Yahya bin Sa’id Al-Qaththan menceritakan kepada kami, dari Abu Bakkar, dari
Ikrimah, dari Ibnu Abbas bahwa beliau bertakbir sejak shalat Subuh hari Arafah
sampai akhir hari tasyriq.”
(Al-Mushannaf jilid 4 hal. 198, no. 5692).
Ini juga pendapat para tabi’in seperti Alqamah,
Adh-Dhahhak.
Adapun Abdullah bin Mas’ud juga memulai setelah shalat
Subuh hari Arafah tapi hanya sampai shalat Zuhur hari Nahr (tangggal 10).
Anshari Taslim
29 Juli 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar