Suatu hari tiga orang pendekar dari Bagdad, Ahmad bin Manshur
Ar-Ramadi, Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma'in berangkat bareng mengambil
riwayat dari Abdurrazzaq di Yaman. Sepulangnya mereka ke Kufah, Ibnu Ma'in
mengungkapkan sebuah rencana. "Aku pengen ngetes hafalan Abu Nu'aim (Fadhl
bin Dukain)."
Mendengar itu Ahmad bin Hanbal mencegahnya sembari berkata, "Jangan, dia itu tsiqah."
Yahya bergeming, "Ngga ah, aku harus melakukannya."
Lalu Yahya mengambil selembar kertas, kemudian dia tulis 30 hadits yang dia dengar dari Abu Nu'aim, tapi hadits ke-10, ke-20 dan ke-30 dia sebutkan hadits orang lain. Rencana kalau semua diiyakan oleh Abu Nua'im berarti hafalannya dah kacau.
Mendengar itu Ahmad bin Hanbal mencegahnya sembari berkata, "Jangan, dia itu tsiqah."
Yahya bergeming, "Ngga ah, aku harus melakukannya."
Lalu Yahya mengambil selembar kertas, kemudian dia tulis 30 hadits yang dia dengar dari Abu Nu'aim, tapi hadits ke-10, ke-20 dan ke-30 dia sebutkan hadits orang lain. Rencana kalau semua diiyakan oleh Abu Nua'im berarti hafalannya dah kacau.
Sampailah mereka di rumah Abu Nu'aim
Fadhl bin Dukain. Mereka ngetok pintu, lalu keluarlah Abu Nu'aim dan merekapun
dipersilakan duduk di dukkan (sejenis teras) terbangun dari tanah di depan
pintu rumahnya. Dia lalu menempatkan Ahmad bin Hanbal di kanan, sementara Yahya
di sebelah kiri, sedangkan Ahmad bin Manshur Ar-Ramadi di bawah, maklum
Ar-Ramadi ini hanyalah ajudan mereka berdua, begitu sih pengakuannya soalnya
dia yg bawa kisah ini.
Mulailah Ibnu Ma'in mengeluarkan
kertas tadi dan membacakan sembilan hadits kepada Abu Nua'im dan Abu Nu'aim pun
diam mendengarkan (pertanda setuju bahwa itu haditsnya). Sampai hadits
kesepuluh Abu Nua'im mengkerut dan mengatakan, "Eh itu bukan haditsku,
buang dari sini." Maksudnya biar ngga usah nyampur dgn haditsnya.
Kemudian dibacakan hadits kesebelas sampai kesembilanbelas dan
Abu Nu'aim diam tanda setuju. Sampai hadits kedua puluh dia berkata, "Eh
ini bukan haditsku, buang!"
Sampai hadits ke-21 hingga hadits
ke-29 Abu Nua'im dia, begitu hadits ke-30 matanya berubah, lalu dia pegang
tangan Ahmad bin Hanbal, "Ini kelakuan siapa ya (mencampur haditsnya dgn
hadits orang lain). Kalau dia (menunjuk Ahmad bin Hanbal) tak mungkin melakukan
yg beginian karena kewaraannya. (Ahmad bin Hanbal memang terkenal wara' dan
berwiabwam jarang bercanda, bahkan guru-gurunya yan suka bercandapun kalau ada
Ahmad di majlisnya akan jaga wibawa karena segan sama Ahmad).
Abu Nu'aim melanjutkan, "Adapun kamu (nunjuk ke Ar-Ramadi), ngga mungkinlah berani melakukan ini." (Lha iya, kan cuma ajudan mana berani melakukan itu).
"Tak lain ini pasti kerjaan kamu" (sembari melototi Yahya).
Abu Nu'aim melanjutkan, "Adapun kamu (nunjuk ke Ar-Ramadi), ngga mungkinlah berani melakukan ini." (Lha iya, kan cuma ajudan mana berani melakukan itu).
"Tak lain ini pasti kerjaan kamu" (sembari melototi Yahya).
Lalu Abu Nu'aim pun mengeluarkan
kakinya dan menendang Ibnu Ma'in hingga terlempar dari dukkan.
Setelah peristiwa itu Ahmad bin Hanbal berkata kepada Ibnu
Ma'in, "Kan sudah kubilang jangan lakukan itu, karena dia tsabat (hafal
luar kepala riwayatnya)."
Tapi Ibnu Ma'in malah menjawab, "Tendangannya tadi lebih aku sukai daripada perjalananku ini."
Tapi Ibnu Ma'in malah menjawab, "Tendangannya tadi lebih aku sukai daripada perjalananku ini."
Riwayat lengkap dgn sanadnya terdapat dalam Tarikh Baghdad jilid 12 hal. 349 (cetakan Dar al-Kutub Al-Ilmiyyah tahun 1417 H:
قرأتُ عَلَى عَليّ بْن أبي عَليّ الْبَصْرِيّ
عَنْ علي بْن الحسن الجراحي، حدّثنا أحمد ابن مُحَمَّد بْن الجراح أَبُو عبد اللَّه
قَالَ: سمعتُ أَحْمَد بْن منصور الرمادي يَقُولُ:
خرجت مع أَحْمَد بْن حنبل ويحيى بْن معين إلى
عبد الرَّزَّاق، خادما لهما فلما عدنا إلى الكوفة قَالَ يحيى بْن معين لأحمد بْن حنبل:
أريد أختبر أبا نعيم. فقال له أحمد ابن حنبل: لا تريد الرجل ثقة. فقال يحيى بْن معين
لا بد لي، فأخذ ورقة فكتب فيها ثلاثين حديثا من حديث أبي نعيم، وجعل على رأس كل عشرة
منها حديثا ليس من حديثه، ثم جاءا إلى أبي نعيم فدقا عليه الباب فخرج، فجلس على دكان
حذاء بابه، وأخذ أحمد بن حنبل فأجلسه عَنْ يمينه وأخذ يحيى بْن معين فأجلسه عَنْ يساره،
ثم جلست أسفل الدكان فأخرج يحيى بْن معين الطبق فقرأ عليه عشرة أحاديث، وأبو نعيم ساكت،
ثم قرأ الحادي عشر فقال له أَبُو نعيم: ليس من حديثي فاضرب عليه، ثم قرأ العشر الثاني
وأبو نعيم ساكت، فقرأ الحديث الثاني، فقال أَبُو نعيم: ليس من حديثي فاضرب عليه، ثم
قرأ العشر الثالث وقرأ الحديث الثالث، فتغير أَبُو نعيم وانقلبت عيناه، ثم أقبل على
يحيى بْن معين فقال له: أما هذا- وذراع أَحْمَد في يده- فأورع من أن يعمل مثل هذا،
وأما هذا- يريدني- فأقل من أن يفعل مثل هذا، ولكن هذا من فعلك يا فاعل، ثم أخرج رجله
فرفس يحيى بْن معين، فرمى به من الدكان، وقام فدخل داره. فقال أَحْمَد ليحيى: ألم أمنعك
من الرجل وأقل لك إنه ثبت، قال والله لرفسته لي أحب إلي من سفري.
==============================
Kata dukkan kalau bahasa orang dulu adalah sejenis teras
di depan rumah, sebagaimana yg ada dalam hadits Abu Hurairah yg diriwayatkan
oleh Abu Daud,
كان رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- يَجْلِسُ بين ظهريْ أصحابه، فيجيءُ الغريبُ، فلا يدري أيُّهُم هو حتى يسأل، فطلَبْنا إلى رسولِ الله -صلى الله عليه وسلم- أن نجعلَ له مجلساً يعرفُه الغريبُ إذا أتاه، قال: فبنَيْنا له دُكاناً من طينٍ، فجلسَ عليه، وكنا نَجلِسُ بجَنَبَتَيْه،
Anshari
Taslim
26
Juni 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar